10. Remote Command Processing AttacksTrusted Relationship antara dua atau lebih host menyediakan fasilitas pertukaran informasi dan resource
sharing. Sama halnya dengan proxy server, trusted relationship memberikan kepada semua anggota
network kekuasaan akses yang sama di satu dan lain system (dalam network).
Attacker akan menyerang server yang merupakan anggota dari trusted system. Sama seperti kerawanan
pada proxy server, ketika akses diterima, seorang attacker akan mempunyai kemampuan mengeksekusi
perintah dan mengkases data yang tersedia bagi user lainnya.
11. Remote File System AttackProtocol-protokol untuk tranportasi data –tulang punggung dari internet— adalah tingkat TCP (TCPLevel)
yang mempunyai kemampuan dengan mekanisme untuk baca/tulis (read/write) Antara network
dan host. Attacker bisa dengan mudah mendapatkan jejak informasi dari mekanisme ini untuk
mendapatkan akses ke direktori file.
Tergantung pada OS (operating system) yang digunakan, attacker bisa meng extrack informasi tentang
network, sharing privileges, nama dan lokasi dari user dan groups, dan spesifikasi dari aplikasi atau
banner (nama dan versi software). System yang dikonfigurasi atau diamankan secara minimal akan
dengan mudah membeberkan informasi ini bahkan melalui firewall sekalipun. Pada system UNIX,
informasi ini dibawa oleh NFS (Network File System) di port 2049. system Windows menyediakan data
ini pada SMB (server messaging block) dan Netbios pada port 135 - 139(NT) dan port 445 pada win2k.
Network administrator bisa meminimalisasi resiko yang akan terjadi dengan menggunakan Protokolprotokol
tersebut dengan memberikan sedikit peraturan. Network dengan system windows, harusnya
memblok akses ke port 139 dan 445 dari luar network, jika dimungkinkan. Dalam system unix port 2049
seharusnya di blok, sharing file dibatasi dan permintaan file melalui showmount(perintah dalam unix)
seharusnya di catat dalam log.
12. Selective Program InsertionsSelective Program Insertions adalah serangan yang dilakukan ketika attacker menaruh program-program
penghancur, seperti virus, worm dan trojan (mungkin istilah ini sudah anda kenal dengan baik ☺) pada
system sasaran. Program-program penghancur ini sering juga disebut malware. Program-program ini
mempunyai kemampuan untuk merusak system, pemusnahan file, pencurian password sampai dengan
membuka backdoor.
Biasanya antivirus yang dijual dipasaran akan dapat mendeteksi dan membersihkan program-program
seperti ini, tetapi jika ada virus baru (anggap saja variant melissa) virus scanner belum tentu dapat
menghadapi script-script baru. Beberapa network administrator melakukan pertahan terhadap malware
dengan teknologi alternatif seperti behaviour blockers, yang memberhentikan kode-kode yang dicurigai
berdasarkan contoh kelakuan malware, bukan berdasarkan signature. Beberapa aplikasi lainnya akan
mengkarantina virus dan code-code yang dicurigai didalam daerah yang dilindungi, biasanya disebut
sandboxes.
13. Port ScanningMelalui port scanning seorang attacker bisa melihat fungsi dan cara bertahan sebuah system dari berbagai
macam port. Seorang atacker bisa mendapatkan akses kedalam sistem melalui port yang tidak dilindungi.
Sebaia contoh, scaning bisa digunakan untuk menentukan dimana default SNMP string di buka untuk
publik, yang artinya informasi bisa di extract untuk digunakan dalam remote command attack.
14.TCP/IP Sequence Stealing, Passive Port Listening and Packet
InterceptionTCP/IP Sequence Stealing, Passive Port Listening dan Packet Interception berjalan untuk mengumpulkan
informasi yang sensitif untuk mengkases network. Tidak seperti serangan aktif maupun brute-force,
serangan yang menggunakan metoda ini mempunyai lebih banyak kualitas stealth-like.
TCP/IP Sequence Stealing adalah pemetaan dari urutan nomor-nomor (angka), yang bisa membuat packet
milik attacker terlihat legal. Ketika suatu system meminta sesi terhadap mesin lain, kedua system tersebut
saling bertukar nomor-nomor sinkronisasi TCP. Jika tidak dilakukan secara acak, Attacker bisa mengenali
algoritma yang digunakan untuk meng –generate nomor-nomor ini. Urutan nomor yang telah dicuri bisa
digunakan attacker untuk menyamar menjadi salah satu dari system tadi, dan akhirnya
memperbolehkannya untuk melewati firewall. Hal ini sebenarnya efektif jika digunakan bersama IP
Spoofing.
Melalui passive port listening, seorang attacker dapat memonitor dan mencatat (log) semua pesan dan file
yang dikirim ke semua port yang dapat diakses pada target system untuk menemukan titik kerawanan.
Packet Interception adalah bagian (tepatnya pelapis) dari active listener program yang berada pada port di
system sasaran yang berfungsi untuk menerima ataupun mengembalikan semua tipe pesan (data) spesifik
yang dikirim. Pesan tersebut bisa dikembalikan ke unauthorized system, dibaca dan akhir nya
dikembalikan lagi baik tanpa perubahan atau juga dengan perubahan kepada attacker, atau bahkan tidak
dikembalikan.
Dalam beberapa versi atau juga menurut konfigurasi dari user SSHD(secured shell daemon), otentikasi
bisa dilakukan dengan cara menggunakan public key (milik mesin tentunya). Jika seorang attacker
mempelajari public key yang digunakan, ia bisa menciptakan atau memasukan paket-paket palsu. System
sasaran akan menganggap pengirim paket palsu tersebut mempunyai hak akses.
15. HTTPD AttacksKerawanan yang terdapat dalam HTTPD ataupun webserver ada lima macam: buffer overflows, httpd
bypasses, cross scripting, web code vulnerabilities, dan URL floods.
HTTPD Buffer Overflow bisa terjadi karena attacker menambahkan errors pada port yang digunakan
untuk web traffic dengan cara memasukan banyak carackter dan string untuk menemukan tempat
overflow yang sesuai. Ketika tempat untuk overflow ditemukan, seorang attacker akan memasukkan
string yang akan menjadi perintah yang dapat dieksekusi. Bufer-overflow dapat memberikan attacker
akses ke command prompt.
Beberapa feature dari HTTPD bisa digunakan untuk meciptakan HTTPD byapass, memberi akses ke
server menggunakan fungsi logging. Dengan cara ini, sebuah halaman web bisa diakses dan diganti tanpa
dicatat oleh web server. Cara ini sering digunakan oleh para cracker, hacktivis dan cyber vandals untuk
mendeface website.
Sedangkan kerawanan pada script-script web bisa terjadi pada semua bahasa pemrograman web dan
semua ekstensi aplikasi. Termasuk VB, Visual C++, ASP, TCL, Perl, PHP, XML, CGI dan Coldfusion.
Pada dasarnya, attacker akan mengexploitasi kelemahan dari sebuah aplikasi, seperti CGI script yang
tidak memeriksa input atau kerawanan pada IIS RDS pada showcode.asp yang mengizinkan menjalankan
perintah secara remote (remote command priviledges).
Melalui cross scripting dan cross-site scripting seorang attacker bisa mengexploitasi pertukaran cookies
antara browser dan webserver. Fasilitas ini dapat mengaktifkan script untuk merubah tampilan web dll.
Script ini bisa menjalankan malware, membaca infomasi penting dan meng expose data sensitive seperti
nomor credit card dan password.
Pada akhirnya attacker dapat menjalankan denial of service dengan URL flood, yang dilakukan dengan
cara mengulang dan terus mengulang permintaan terhadap port 80 httpd yang melalui batas TTL (time to
live).